Silsilah Raja Batak
Partuturan Raja Batak
Nama | Raja Batak |
Anak | |
Daerah asal | Sianjur Mulamula |
Garis keturunan dari Si Raja Batak |
Raja Batak |
Tentang Raja Batak
Tarombo batak
Martarombo bagi orang Batak yaitu menjelaskan silsilah, yaitu hal yang harus di ketahui dan sangat penting dalam kehidupan keseharian mereka. Begitu pentinnya hal martarombo ini, sehingga setiap orang Batak dituntut mampu menjelaskan silsilah diri dan keluarganya.
Tarombo merupakan silsilah garis keturunan secara patrineal dalam budaya Batak yang sudah menjadi adat atau tradisi untuk mengetahui sistem kekerabatan atau dalam menjalin hubungan, Namun adat ini sudah mulai hilang dari masyarakat Batak di karenakan banyak yang tidak menggunakan Marga di belakang nama mereka. Hal tersebut menjadikan tarombo kehilangan daya Tariknya untuk mengetahui tarombo sesama mereka.
Nilai yang terdapat pada tarombo
Nilai-nilai yang terdapat dalam Tarombo yaitu nilai komitmen, nilai, kesopansantunan, nilai gotong royong, nilai kekerabatan dan nilai pengelolaan gender.
Tarombo merupakan salah satu tradisi suku Batak yang di lakukan untuk mengetahui kekerabatan antar suku Batak. Martarombo berasal dari kata Tarombo atau dalam bahasa Indonesia berarti silsilah, sedangkan arti kata mar dalam bahasa Batak Toba bermakna kata kerja atau ber, dalam Bahasa Indonesia. Jadi, dapat diartikan bahwa martarombo dalam bahasa Indonesia adalah bersilsilah atau menentukan silsilah.
- Komitmen, ; Yaitu mereka yang bermarga yang sama memiliki kesepakatan yang dilakukan yang dilakukan turun temurun bahwa tidak bisa saling menikahi di karenakan mereka adalah abang adik atau namarhamaranggi.
- Kesopansantunan ; Nilai kesantunan (kesopansantunan) dalam Tarombo yaitu panggilan atau partuturan antara siangkangan sampai ke siampudan, generasi orang tua, keponakan, sepupu, dan lain sebagainya.
- Gotong royong ; Pada masyarakat Batak ada istilah kata marsiurupan saling membantu. Marsiurupan adalah wujud gotong royong. Tidak saja ketiga unsur dalam dalihan natolu yaitu hula-hula, dongan tubu, dan boru yang menunjukkan sikap gotong royong atau marsiurupan, tetapi juga para komunitas marga. Bahkan dalam komunitas marga selalu berlandaskan si sada anak, si sada boru memiliki anak laki-laki dan anak perempuan yang sama. Dengan demikian setiap anggota komunitas yang akan melaksanakan pesta adat, khususnya pernikahan dan kematian, mereka akan bekerjasama dengan anggota komunitas marga karena peranan mereka yang sangat di butuhkan untuk mempertanggungjawabkan hal-hal penting demi kelancaran acara pesta tersebut.
- Kekerabatan : Nilai kekerabatan yang terdapat di marga tersebut yaitu sering disebut dengan saparindahanan yang artinya satu makanan. Contohnya di dalam acara pesta suatu marga, akan hadir dari marga lainya untuk menjadi juru masak atau pangalompa di acara tersebut, dan takaran masakan sudah di tentukan berapa banyak yang akan di masak lewat rapat antar marga yang tergabung pada partuturan
- Pengelolaan gender ; Dalam tarombo marga selalu melibatkan gender, baik laki-laki maupun perempuan. Setiap mereka terlibat dalam percakapan harus mengetahui sapaan partuturan mereka masing-masing. Contohnya ketika perempuan dan laki-laki bertemu bisa saja mereka mar amang bao (berbesan) dan juga mar inang bao atau istri dari lae (berbesan). Amang bao (besan laki-laki) di tujukan perempuan kepada laki-laki, sedangkan inang bao (besan perempuan) di tujukan laki-laki kepada perempuan
Marga Batak
Fungsi Marga bagi orang Batak adalah untuk mengatur perkawinan. Fungsi ini di jalankan dengan adat eksogami Marga dengan adat yang sampai sekarang masih di pegang teguh oleh Marga Batak. Orang Batak mengenal marga dengan arti satu asal keturunan, satu nenek moyang, sabutuha yang artinya satu perut asal.
Di dalam hubungan sosial orang Batak, Marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan, baik untuk kalangan satu marga maupun dengan orang-orang dari Marga yang lain.
Fungsi marga dalam martarombo sangatlah penting untuk di gunakan karena orang Batak selalu dikenal dengan marganya. Marga merupakan sarana untuk menandakan dan mengetahui silsilah keturuan dari marganya. Karena bagi orang Batak marga sangtlah berperan penting di karenakan itu merupakan bukti tanda bagi identitas terutama dalam pergaulan.
Marga sangat menandakan silsilah keturunan, mempersatukan persaudaraan, marga juga bisa menjadi modal dalam bergaul, memberikan banyak jalan hidup.
Marga sangat menandakan silsilah keturunan, mempersatukan persaudaraan, marga juga bisa menjadi modal dalam bergaul, memberikan banyak jalan hidup. Contohnya di dalam perantauan, sehingga mudah mendekatkan diri kepada kerabat semarga dan mudah pula dalam mencari relasi baik untuk pekerjaan ataupun hal lainnya.
Sesama satu marga dilarang untuk saling menikahkan. Laki-laki yangmembentuk kelompok kekerabatan, perempuan menciptakan hubungan saudara yang besan atau martondong karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain. Selain di cantumkan marga, harus tau juga silsilah atau tarombo karena kedua hal itu sangatlah wajib bagi orang Batak.
Pemberian marga dalam adat Batak tidak hanya saat pernikahan, melainkan ketika seseorang memilki hubungan baik dengan teman atau sahabat. Maka orang tersebut dapat di “naturalisasikan menjadi seseorang yang bermarga. Proses pemeberian marga itu sendiri melewati upacara adat khusus dan hukumnya (orang yang diberi marga) adalah kuat keanggotaannya berdasarkan pertalian darah.
Kalender Batak
Parhalaan adalah kalender Batak Toba terdahulu yang sampai sekarang masih teap di pedomani untuk mencari dan menentukan hari yang baik dalam pelaksanaan suatu upacara adat maupun tradisi pada budaya batak
Parhalaan ini dapat digunakan dalam setiap upacara adat Batak Toba, misalnya: menggelar pesta perkawinan, upacara mangokkal holi, upacara Saurmatua, membangun dan memasuki rumah, upacara panen, dan sebagainya. Parhalaan ini berisi nama-nama hari dan nama-nama bulan seta lambing dari masing-masing hari.
Nama-nama bulan Batak,antara lain:
- Sipaha sada adalah bulan pertama
- Sipaha dua adalah bulan kedua
- Sipaha tolu adalah bulan ketiga
- Sipaha opat adalah bulan keempat
- Sipaha lima adalah bulam kelima
- Sipaha onom adalah bulan keenam
- Sipaha pitu adalah bulan ketujuh
- Sipaha ualu adalah bulan kedelapan
- Sipaha sia adalah bulan kesembilan
- Sipaha sampulu adalah bulan kesepuluh
- Li adalah bulan ke sebelas
- Hurung adalah bulan keduabelas
- Bulan lamadu (tiga tahun sekali)
Padan Atau Janji Marga
Dalam suku bangsa Batak, selain marga yang satu nenek moyang (satu marga) ditabukan untuk saling kawin, dikenal juga padan (janji atau ikrar) antar marga yang berbeda untuk tidak saling kawin. Marga-marga tersebut sebenarnya bukanlah satu nenek moyang lagi dalam rumpun persatuan atau pun paradaton, tetapi marga-marga tersebut telah diikat padan (janji atau ikrar) agar keturunan mereka tidak saling kawin oleh para nenek moyang pada zaman dahulu. Antar marga yang diikat padan itu disebut dongan padanInformasi lainnyaRaja Batak
Perubahan terakhir : 2022-09-25 18:10:22
Author : Halak batak
Sumber
- , Koentjaraningrat. 2000. Beberapa Pokok Antropolog Sosial. Yogyakarta, Indonesia: Dian Pustaka. ISBN 9789795231714.